Friday, August 19, 2011

Menggapai Malam Seribu Bulan



Inilah wahai saudara Muslimku, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadis-hadis Nabawiyyah yang sahih yang menjelaskan tentang Lailatul Qadar.

1. Keutamaan Lailatul Qadar : Cukuplah untuk mengetahui mulianya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahawasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (al-Qadr : 1-5)

2. Waktunya : Pendapat yang paling kuat, terjadinya Lailatul Qadar itu pada malam-malam terakhir bulan Ramadan, berdasarkan hadis ‘Aisyah r.a., dia berkata : “Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda, “Carilah Lailatul Qadar (di malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR Bukhari & Muslim).
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, kerana riwayat Ibnu Umar r.a. (dia berkata): “Rasulullah SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari & Muslim).

Kesimpulannya, jika seseorang Muslim mencari Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir iaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.

3. Bagaimana Mencari Lailatul Qadar : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berdiri (solat) pada malam al-Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari & Muslim). Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. (dia) berkata, "Aku bertanya, Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tahu bila malam al-Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?" Beliau menjawab, "Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

Saudaraku - Semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya - Engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam al-Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan solat) pada sepuluh malam hari terakhir. Dari Aisyah r.a., “Adalah Rasulullah SAW apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi isteri-isterinya kerana ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari & Muslim). Juga dari ‘Aisyah r.a., “Adalah Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim)

4. Tanda-tandanya : Ketahuilah hamba yang taat, mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolonganNya. Sesungguhnya Rasulullah SAW menggambarkan paginya malam al-Qadar agar seorang muslim mengetahuinya. Dari Ubay r.a., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Pagi hari malam al-Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim). Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam al Qadar di sisi Rasulullah SAW beliau bersabda, “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim).

Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiqi ertinya setengah, jafnah ertinya bejana. Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam al-Qadar hanya terjadi di akhir bulan, kerana bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.” Dan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi, Ibnu Khuzaimah, Bazzar).

Oleh :
Mohamad Sabri Haniff

No comments:

Post a Comment